Profil Desa Banjarsari

Ketahui informasi secara rinci Desa Banjarsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Banjarsari

Tentang Kami

Menjelajahi Desa Banjarsari di Ajibarang, Banyumas, rumah bagi Curug Nangga yang ikonik. Temukan profil lengkap potensi wisata alam, model pemberdayaan masyarakat melalui BUMDes, dan geliat ekonomi kreatif yang menopang kemandirian desa.

  • Destinasi Wisata Alam Unggulan

    Desa Banjarsari merupakan lokasi Curug Nangga, sebuah air terjun tujuh tingkat yang menjadi daya tarik wisata utama di Kabupaten Banyumas dan motor penggerak ekonomi desa.

  • Pengelolaan Pariwisata Berbasis Komunitas

    Keberhasilan Curug Nangga dikelola secara profesional oleh sinergi antara Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), menjadi model percontohan pariwisata yang memberdayakan warga lokal.

  • Pembangunan Infrastruktur Strategis

    Pemerintah desa secara aktif memanfaatkan alokasi anggaran untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur jalan dan fasilitas penunjang, yang secara langsung mendukung aksesibilitas dan pertumbuhan sektor pariwisata.

Pasang Disini

Desa Banjarsari, yang terletak di wilayah perbukitan Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, telah bertransformasi dari sebuah desa agraris yang tenang menjadi salah satu destinasi pariwisata paling diperhitungkan di Jawa Tengah. Desa ini merupakan rumah bagi Curug Nangga, sebuah fenomena alam berupa air terjun dengan tujuh tingkatan sejajar yang memukau, yang menjadi magnet bagi ribuan wisatawan. Keberadaan ikon wisata ini tidak hanya menempatkan Banjarsari di peta pariwisata nasional, tetapi juga menjadi mesin penggerak utama yang merestrukturisasi ekonomi dan sosial masyarakatnya.

Keberhasilan Banjarsari ialah cerminan dari sinergi sempurna antara anugerah alam yang luar biasa, visi pemerintahan desa yang progresif dan semangat kewirausahaan masyarakatnya. Melalui model pengelolaan berbasis komunitas, desa ini membuktikan bahwa pariwisata dapat menjadi alat yang ampuh untuk mencapai kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam profil Desa Banjarsari, dari potret geografisnya, keajaiban Curug Nangga, hingga model tata kelola pariwisata dan dampak turunannya bagi kehidupan warga.

Geografi dan Demografi: Potret Wilayah di Perbukitan Hijau

Desa Banjarsari menempati lahan seluas 507,02 hektar dengan topografi yang didominasi oleh perbukitan hijau dan lembah-lembah yang subur. Kontur alam yang bergelombang ini menjadi latar belakang yang sempurna bagi pesona alamnya, terutama aliran sungai yang membentuk air terjun. Lahan di desa ini dimanfaatkan secara produktif untuk pertanian, perkebunan, dan kini, secara signifikan untuk area konservasi dan pariwisata.

Secara administratif, Desa Banjarsari berbatasan dengan desa-desa lain di sekitarnya, yang turut menunjang posisinya sebagai titik simpul di wilayah Ajibarang bagian utara. Berdasarkan data kependudukan terakhir dari pemerintah desa, jumlah penduduk Desa Banjarsari tercatat sebanyak 6.589 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka kepadatan penduduk desa ini berada di angka sekitar 1.300 jiwa per kilometer persegi. Populasi yang cukup padat ini menjadi sumber daya manusia yang vital dalam menggerakkan roda perekonomian desa, khususnya di sektor pariwisata dan jasa.

Curug Nangga: Ikon Desa dan Motor Penggerak Ekonomi

Sebelum dikenal luas, Curug Nangga hanyalah salah satu dari banyak air terjun yang tersembunyi di perbukitan Banyumas. Namun keunikannya yang luar biasa—tujuh aliran air terjun yang jatuh berdampingan dengan ketinggian bervariasi—menjadikannya berbeda. Fenomena alam yang langka ini dengan cepat menarik perhatian publik setelah diekspos melalui media sosial sekitar tahun 2015. Sejak saat itu, nasib Desa Banjarsari berubah secara drastis.

Curug Nangga bukan lagi sekadar air terjun, melainkan sebuah jenama (brand) yang identik dengan Desa Banjarsari. Keberadaannya telah memicu lahirnya sebuah ekosistem ekonomi baru. Pemerintah desa bersama masyarakat bergerak cepat menata kawasan ini menjadi objek wisata yang representatif. Jalan setapak diperbaiki, area parkir dibangun, dan fasilitas pendukung seperti toilet, musala, serta warung-warung didirikan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Kini, Curug Nangga menjadi sumber pendapatan utama bagi desa dan ratusan warganya.

Tata Kelola Pariwisata Berbasis Masyarakat

Salah satu kunci kesuksesan pengelolaan Curug Nangga terletak pada model tata kelolanya yang berbasis komunitas. Sejak awal, pengembangan objek wisata ini tidak diserahkan kepada investor luar, melainkan dikelola secara mandiri oleh masyarakat lokal. Tata kelola ini dipegang oleh dua lembaga utama:

  1. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Gempita
    Sebagai lembaga yang memiliki hak pengelolaan hutan kemasyarakatan di mana air terjun berada, LMDH Gempita berperan penting dalam aspek konservasi dan penjagaan kelestarian alam di sekitar kawasan wisata.
  2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
    BUMDes mengambil peran dalam manajemen bisnis pariwisata. Ini mencakup pengelolaan tiket masuk, penataan area komersial, pengembangan atraksi baru, serta strategi promosi.

Sinergi antara LMDH dan BUMDes ini memastikan bahwa keuntungan dari pariwisata dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan dialokasikan kembali untuk pembangunan desa. Warga lokal dilibatkan secara aktif sebagai petugas parkir, penjaga loket, pemandu wisata, hingga pelaku usaha di area komersial. Model ini berhasil menciptakan rasa kepemilikan yang tinggi di kalangan masyarakat, sehingga mereka turut bertanggung jawab menjaga kebersihan, keamanan, dan keramahan di kawasan wisata.

Pemerintahan Desa dan Pembangunan Infrastruktur Penunjang

Pemerintah Desa Banjarsari memegang peran krusial sebagai fasilitator dan pendukung utama pertumbuhan sektor pariwisata. Menyadari bahwa aksesibilitas merupakan kunci utama, pemerintah desa secara konsisten mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), termasuk Dana Desa, untuk proyek-proyek infrastruktur strategis.

Perbaikan dan pelebaran jalan menuju lokasi Curug Nangga menjadi prioritas utama. Jalan yang dulunya sempit dan sulit dilalui kini telah diperlebar dan diperkeras, memungkinkan akses yang lebih mudah bagi kendaraan roda dua maupun roda empat. Pembangunan jembatan dan sistem drainase juga dilakukan untuk memastikan akses tidak terputus, terutama saat musim hujan. Kebijakan ini menunjukkan visi pemerintah desa yang melihat pembangunan infrastruktur bukan sebagai biaya, melainkan sebagai investasi jangka panjang untuk menopang pilar ekonomi utama desa.

Ekonomi Turunan dan Potensi UMKM

Dampak ekonomi dari keberadaan Curug Nangga terasa hingga ke seluruh penjuru desa. Efek berganda (multiplier effect) dari pariwisata telah melahirkan berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi sumber pendapatan baru bagi warga. Beberapa bentuk ekonomi turunan yang berkembang pesat meliputi:

  • Kuliner
    Puluhan warung dan kedai makanan berdiri di sekitar area wisata, menyajikan hidangan khas lokal seperti mendoan, soto, pecel, serta aneka minuman.
  • Jasa dan Akomodasi
    Warga menyediakan jasa parkir dan penitipan barang. Seiring meningkatnya jumlah pengunjung dari luar kota, beberapa warga mulai merintis usaha homestay atau penginapan sederhana.
  • Produk Lokal dan Suvenir
    Warga menjual hasil bumi seperti gula kelapa dan pisang, serta mulai mengembangkan produk kerajinan tangan sebagai oleh-oleh khas Desa Banjarsari.

Geliat UMKM ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga mendistribusikan pendapatan dari sektor pariwisata secara lebih merata ke berbagai lapisan masyarakat.

Kehidupan Agraris dan Sosial Masyarakat

Meskipun pariwisata telah menjadi primadona, Desa Banjarsari tidak meninggalkan identitas agrarisnya. Di luar area wisata, lahan-lahan pertanian tetap diolah untuk menanam padi, sayuran, dan tanaman perkebunan seperti sengon dan albasia. Sektor pertanian tetap menjadi penopang ketahanan pangan dan memberikan pendapatan alternatif bagi warga yang tidak terlibat langsung di sektor pariwisata.

Kehidupan sosial masyarakat berjalan harmonis dengan tetap mempertahankan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan. Masyarakat berhasil menyeimbangkan antara tradisi lokal dan keterbukaan terhadap wisatawan. Keberhasilan mengelola ribuan pengunjung setiap pekannya tanpa menimbulkan gejolak sosial merupakan bukti kedewasaan dan kearifan masyarakat Desa Banjarsari.

Sebagai kesimpulan, Desa Banjarsari telah menuliskan kisah suksesnya sendiri. Desa ini menjadi teladan bagaimana sebuah potensi alam yang unik, jika dikelola dengan visi yang tepat, tata kelola yang profesional berbasis komunitas, dan dukungan penuh dari pemerintah, dapat mengubah takdir sebuah wilayah. Banjarsari tidak lagi hanya menjual keindahan Curug Nangga, tetapi juga menjual sebuah cerita tentang pemberdayaan, kemandirian, dan harmoni antara manusia dan alam.